Selamatan Tumpeng Sewu yang digelar ketika musim pandemi

Setiap bulan Dzulhijjah masyarakat osing khususnya di desa Kemiren menggelar ritual adat tumpeng sewu atau selametan kampung di minggu malam atau kamis malam di bulan tersebut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan mengharap perlindungan serta dianugerahi alam yang subur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tumpeng sewu sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak tahun 2014 dan masuk sebagai Festival Banyuwangi.

Namun sudah didalam kurun waktu dua tahun ini mulai tahun 2020 sampai tahun 2021 Tumpeng Sewu tidak masuk dalam agenda tahunan Festival Banyuwangi dikarenakan adanya larangan untuk berkumpul di masyarakat desa untuk mengurangi wabah virus Covid-19 yang sedang melanda Dunia saat ini. Hingga akhirnya ditahun kedua ini masyarakat menggelar upacara tumpeng sewu secara personal dirumah masing-masing tanpa dihadiri tamu atau saudara dari luar kampung serta hanya menggelar selamatan diteras masing-masing masyarakat desa.

Menurut bapak Suhaimi selaku Ketua Adat Osing Desa Kemiren, acara tumpeng sewu ini tetap digelar karena merupakan bentuk puji syukur dan harapan akan diberikannya berkah kesehatan maupun kesuburan yang dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Tumpeng Sewu iki tetep dilakoni mergo wis dadi weluri wong tuwek bengen. Dadio sing rame utawa dadi Festival sing paran-paran,kang penting hajate masyarakat tetep dilakoni tanpo ngurangi saripatine ritual iki lan sing ngelanggar peraturan pemerintah”. artinya “Tumpeng sewu ini tetap dilaksanakan karena sudah menjadi pesan para orang tua terdahulu. Meskipun tidak meriah dan ditak masuk dalam agenda Festival tidak masalah, yang penting ritual adat ini tetap dilakukan tanpa menghilangkan maksud dan tujuan masyarakat dan tidak melanggar aturan yang telah dibuat oleh Pemerintah. ujar Pak Suhaimi Ketua adat Desa Kemiren.

Tumpeng sewu tahun ini jatuh pada tanggal 11 Bulan Juli 2021, tepatnya Hari Minggu malam Senin. Pelaksanaan dimulai ba’da Shalat Magrib dengan dipimpin doa dari masing-masing mushala untuk diselenggarakannya selamatan Tumpeng Sewu. Menu yang digunakan adalah Pecel Pithik, Masakan ya berbahan dasar Ayam Kampung yang di ingkung/petheteng dibakar di depan tungku api kemudian di suwir-suwir dicampur dengan parutan kelapa serta bumbu kemiri. Pecel Pithik yang berrti “kang diucel-ucel sabendinane kethitika barang hang apik” atau diartikan “yang digeluti setiap harinya adalah hal -hal yang baik”.